Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bedah Buku & Knowledge Sharing: Nasionalisme Milenial: Antara Idealisme dan Pragmatisme

Jakarta – Kamis (8/9) Generasi milenial saat ini masih jarang menyoroti isu yang berhubungan dengan lingkungan dan budaya. Padahal isu climate change tidak kalah pentingnya dengan isu politik.

Direktorat Repositori, Multimedia dan Penerbitan Ilmiah (RMPI) kembali mengadakan Bedah Buku dan Knowledge Sharing dengan tema “Nasionalisme Milenial: Antara Idealisme dan Pragmatisme”. Kegiatan ini akan memberikan pandangan generasi milenial dalam menyikapi permasalahan lingkungan dan budaya di Indonesia.

Radityo Pangestu, S.Si., M.Eng., salah satu editor dalam buku Indonesia Emas Berkelanjutan 2045: Kumpulan Pemikiran Pelajar Indonesia Sedunia Seri 7 Lingkungan, menjadi narasumber pertama yang memberikan paparan. Pemilihan tahun 2045 pada buku yang memiliki 12 seri ini bukan tanpa alasan. Tahun itu dipilih sebagai tahun pertanda kemerdekaan Indonesia yang ke-100. 

“Banyak orang mengetahui bahwa kita  sedang menghadapi pandemi Covid-19 dan resesi. Akan tetapi, tidak banyak orang ketahui adalah saat ini kita juga sedang menghadapi ancaman lain, yaitu climate change.”, ucapnya. 

Dalam paparannya, beliau juga mengatakan bahwa generasi muda adalah generasi yang paling akan terkena dampak negatif dari perubahan iklim sehingga pemahaman yang tepat melalui pendidikan sangat krusial. “Lebih baik melakukan hal-hal yang tidak sempurna tapi dilakukan oleh banyak orang, dibandingkan hal sempurna tapi hanya dilakukan satu orang.”,  ujar beliau.

Kegiatan dilanjutkan dengan paparan oleh Zaimatus Sa’diyah, Lc., M.A.. Beliau memaparkan bagaimana budaya dan agama berperan dalam mengatasi masalah lingkungan. Kepekaan ekologis masyarakat terhadap fenomena alam, keyakinan bahwa alam merupakan entitas hidup, hingga sikap menghormati alam merupakan peran budaya dalam mengatasi lingkungan.

“Sinergi agama dan budaya dapat memunculkan kesadaran ekologis. Kita belajar dari masyarakat adat dan juga dari perspektif agama, bahwa kita bisa bekerja sama untuk bisa menghadapi masalah lingkungan.” kata beliau sebelum mengakhiri paparannya.

Selanjutnya paparan dari Cep Ersa Ekasusila Satia, S.S.. Beliau mengatakan generasi millenial itu terkoneksi dengan kemunculan teknologi yang sifatnya efektif dan menyediakan kemudahan, sehingga millenial terjebak pada euphoria. 

Dengan musik dan seni dapat menghilangkan gap antara generasi sehingga ada kesempatan untuk mendengar. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan yang tepat untuk mengambil hati para milenial untuk ikut serta dalam menjaga lingkungan.

Peserta yang hadir melalui zoom dan kanal YouTube BRIN Indonesia, berperan aktif menggiatkan kegiatan yang berlangsung selama tiga jam. Pada sesi diskusi dengan narasumber, para peserta aktif menyampaikan pertanyaan melalui tautan yang diberikan.

Sebagai informasi, kedua buku yang dibahas pada kegiatan ini dapat diakses secara gratis melalui laman penerbit.brin.go.id. (MSN/ed:MFS)

Rekaman lengkap kegiatan ini dapat disimak melalui kanal Youtube BRIN dengan tautan berikut ini:

Ikuti akun media sosial RMPI BRIN pada linktr.ee/rmpi_brin untuk mengetahui informasi seputar kegiatan Direktorat Repositori, Multimedia, dan Penerbitan Ilmiah (RMPI) BRIN.