Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengulik Usaha Kopi di Subang untuk Calon Pengusaha Kopi

Oleh: Yuyun Maulidah (Mahasiswa Universitas Airlangga)

Judul Buku: Geliat Desa Membangun Inovasi Kopi Subang: Status Quo

Penulis: Qinan Maulana Biru Soesanto, Eki Karsani Aprilyadi, Febtri Wijayanti, Tri Margono, Savitri Dyah, Carolina, dan Rachmini Saparita

Tahun Cetak: Oktober 2021
Penerbit: Penerbit BRIN
ISBN: 978-602-496-263-0 (cetak) 978-602-496-264-7 (e-book)

Jumlah Halaman: 131 halaman

Pencinta kopi tentu tak asing dengan “kopi Subang”, bukan? Ada banyak fakta menarik mengenai kopi ini yang dibahas di dalam buku berjudul Geliat Desa Membangun Inovasi Kopi Subang: Status Quo ini lo! Selain berfokus pada kopi di Kabupaten Subang, buku ini juga memaparkan fakta-fakta unik tentang kopi secara umum di berbagai daerah. Tak hanya membahas inovasi seputar pemanfaatan kopi Subang saja, tetapi buku ini juga mengulas mengenai budi daya dan pengembangan kopinya nih! Keren, ya?

Ada lima bab yang membahas tentang kopi, mencakup kopi sebagai komoditas unggulan daerah, kopi Subang dan daerah pencetusnya, inovasi kopi Subang, penguatan sistem inovasi daerah pada kopi Subang, serta cara membangun usaha kopi Subang. Buku ini sangat berguna bagi calon pengusaha, terutama dalam usaha kopi Subang. Buku ini merupakan hasil penelitian dari dua usaha kopi sebagai studi kasus, yaitu kelompok usaha kopi antara kopi C dan kopi H.

Kopi C dikelola sebagai salah satu usaha di bawah BUMDes dan terkenal karena rasanya yang khas fruity dengan dominan manis. Karena dana yang dimiliki BUMDes terbatas, mereka bekerja sama dengan investor dengan keuntungan 40:60 (%). Segala kerugian dan keuntungan akan dibagi bersama sesuai kesepakatan. Meskipun begitu, petani tidak berkewajiban untuk menjual kopinya ke BUMDes.

Sementara itu, Kopi H adalah usaha kopi terkenal di Subang lainnya yang diawali oleh sepasang suami-istri (Bapak/Ibu M) yang tertarik dengan dunia perkopian. Mereka menjalin hubungan kerja sama dengan koperasi kopi, yaitu Koperasi GLB sebagai penyedia bibit tanaman kopi sekaligus pembeli hasil biji kopi. Koperasi GLB ini digagas pada 2016 oleh Pak M setelah semakin banyaknya kelompok tani di Desa Cupunagara. Tak hanya bertujuan secara ekonomi, penanaman pohon kopi berfungsi untuk merehabilitasi lahan gundul, menahan air, serta membuat lahan terbengkalai agar lebih produktif. Jejak usaha mereka akhirnya diikuti oleh petani lainnya. Tak hanya menanam kopi robusta, mereka juga membudidayakan kopi arabika. Keuntungan sistem bisnis ini adalah suplai kopi tidak bergantung pada satu petani, melainkan banyak petani sehingga kualitas kopi lebih terjamin dan lahan pengolahan lebih luas.

Buku ini juga dilengkapi sejarah singkat kopi Subang yang dicetus oleh Desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang. Salah satu penggagas tanaman kopi di sana adalah Abah Tjutju (tokoh masyarakat). Berawal dari 30 bibit kopi arabika pemberian kenalannya pada 2011, beliau membentuk Kelompok Tani Harapan Jaya yang beranggotakan 25 petani dan berjalan hingga sekarang.

Ada beberapa inovasi kopi Subang dengan memanfaatkan iptek, salah satunya teknologi proses penanganan kopi agar menghasilkan rasa kopi yang berbeda. Teknologi itu adalah proses full wash, proses natural, dan proses honey. Proses full wash adalah biji kopi dikupas dari kulitnya dan dijemur untuk menghasilkan rasa kopi yang fruity dan cenderung asam. Adapun proses natural ialah proses ketika biji kopi langsung dijemur untuk menghasilkan rasa kopi fruity yang lebih kuat, namun tidak begitu asam. Sementara itu, proses honey merupakan biji kopi yang telah dikupas kulitnya, langsung dijemur (tanpa dicuci), untuk menghasilkan rasa manis, kurang rasa fruity, dan tidak begitu asam.

Tak hanya membahas inovasi tersebut, buku ini juga membahas proses mereka dalam mencari ide kreatif agar usahanya semakin berkembang. Dalam topik ini, penulis menyelipkan faktor-faktor yang menjadi pembeda rantai nilai inovasi pada kedua usaha kopi yang dijadikan objek, baik itu secara internal maupun eksternal. Peranan teknologi dan lembaga litbang/pemerintah juga dijelaskan pada topik berikutnya.

Buku setebal 131 halaman ini berbahasa Indonesia dan ditulis sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari pilihan kata, penggunaan tanda baca, format tulisan/gambar, penggunaan huruf kapital, dan tulisan bercetak miring yang sesuai dengan kriteria buku ilmiah. Tak hanya itu, buku ini juga menyisipkan gambar-gambar menarik untuk memanjakan mata pembacanya. Gambar yang disajikan cukup fokus, akurat, dan terasa natural karena diambil langsung oleh tim penulis. Selain itu, buku ini juga memamerkan keindahan desa di Subang yang kaya akan wisata alamnya. Wah, tertarik untuk liburan ke sana?

Buku ini termasuk dalam buku ilmiah populer. Meskipun ditulis dalam kalimat-kalimat efektif, pembaca akan mudah memahaminya dalam sekali baca. Pembaca pemula sebaiknya mencicil bahan bacaan dengan bertahap agar proses membaca terasa menyenangkan karena cukup jenuh membaca buku setebal itu dalam sekali duduk jika tidak terbiasa. Peletakan gambar juga kurang merata karena ada beberapa foto yang dijadikan satu halaman. Hal ini membuat halaman lain dipenuhi oleh tulisan dan rawan membuat jenuh.

Secara keseluruhan, buku ini sangat berguna untuk pengusaha yang baru merintis usaha, terutama di bidang kopi apalagi dengan disisipi gambar-gambar yang sangat menarik.Buku yang diterbitkan oleh LIPI Press pada Oktober 2021 ini juga bisa diakses secara langsung melalui ponsel pintar secara gratis. Caranya juga mudah. Pembaca bisa mencari akun resmi Penerbit BRIN dan memilih kategori ‘baca buku elektronik’ di sana. Banyak varian buku lain juga yang bisa dinikmati secara cuma-cuma. Keren, ya? Pengetahuan semakin meluas, uang saku pun tidak terkuras.

Tertarik membaca e-book-nya? Silakan klik tombol dibawah ini ya!