Pentingnya Membaca Sejak Usia Dini
Oleh: Erin Dwi Ramadhani dan Tiffanie Tjendrani
Peserta magang LIPI Press Tahun 2021
Membaca merupakan aspek penting dalam kehidupan. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari membaca, seperti meningkatkan kinerja otak, menambah pengetahuan, dan mengasah daya ingat. Para pakar pun menyetujui bahwa membaca merupakan hal penting dan memiliki dampak yang sangat bagus untuk manusia. Bahkan sejarah membuktikan bahwa para cendekiawan bangsa terlahir dari lingkungan yang terbiasa dengan kegiatan membaca.
Namun, sangat disayangkan bahwa tingkat minat membaca di Indonesia cukup rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA), tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi di Indonesia sangatlah rendah. Oleh karena itu, kita perlu mulai menggalakan kebiasaan membaca guna meningkatkan posisi Indonesia.
Kebiasaan membaca dapat dimulai sejak usia dini karena anak usia ini memiliki begitu banyak keistimewaan. Pada masa ini anak-anak sedang berada di tahap perkembangan fisik dan psikologis yang sangat pesat. Usia perkembangan anak pada masa ini disebut juga sebagai usia emas (golden age) yang dimulai sejak usia lahir hingga usia enam tahun. Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa pertumbuhan intelektual otak anak yang berusia 4 tahun mencapai 50%, sedangkan pada usia 8 tahun meningkat menjadi 80%, dan menjadi optimal pada usia 18 tahun (Jamaris, 2013). Data tersebut memperlihatkan bahwa usia dini sangatlah penting untuk perkembangan anak.
Oleh karena itu, mengenalkan anak membaca sejak dini sangatlah berguna. Salah satu caranya dengan memberikan buku bacaan yang menarik untuk anak sejak usia dini. Cara ini dapat meningkatkan kebiasaan membaca sejak dini dan membentuk minat baca anak. Selain itu, manfaat lain yang didapatkan anak dari membaca sejak dini adalah dapat memperkaya kosa kata, meningkatkan kecepatan membaca, meningkatkan pemahaman mengenai makna, struktur kata, dan lain-lain sebagainya.
Namun, memilih bacaan untuk anak-anak dapat dikatakan sulit karena begitu banyak jenis buku anak sehingga dibutuhkan proses penyeleksian yang cukup ketat. Beberapa pertimbangan yang mungkin dapat dilakukan dalam memilih buku yang layak dibaca oleh anak-anak di antaranya dari segi fisik dan nilai yang terkandung di dalam buku tersebut. Sebagai contoh, buku bacaan anak yang memiliki nilai negatif atau mengandung konten buruk yang dapat ditiru atau mempengaruhi prilaku anak. Tentu untuk kasus ini anak butuh pengawasan dari orang dewasa. Oleh karena itu, pemilihan buku untuk anak tidak hanya dari fisiknya, tetapi juga mempertimbangkan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya.
Pertimbangan lain yang diperlukan dalam memilih buku untuk anak adalah jenis usia, kualitas isi, pesan moral, nilai-nilai karakter, dan bahasanya. Akan tetapi, anak-anak relatif menyukai buku yang memiliki banyak gambar dan warna. Untuk itu, kita dapat menyeleksi buku melalui warna serta keunikan sampul buku. Setelah itu, kita harus melihat pula apa pesan yang ingin disampaikan. Apabila dua aspek tersebut telah terpenuhi, hal tersebut dapat dijadikan sebagai buku bacaan untuk anak.
Dalam menghindari kesulitan mencari buku untuk bacaan anak, kita juga dapat membuat buku rancangan sendiri dengan berbagai materi pilihan yang bisa diberikan untuk anak. Dengan rancangan pribadi ini, kita dapat mengontrol materi apa saja yang dapat diberikan kepada anak. Contoh materi yang dapat diberikan kepada anak, yaitu buku alfabet, buku pengenalan hewan ataupun benda sehari-hari.
Berbagai upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan kebiasaan membaca dan menumbuhkan minat baca anak Indonesia. Alhasil, mengubah peringkat literasi Indonesia di dunia pada masa yang akan datang. (ed:mfs)
Referensi:
Jamaris, M. (2013). Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor.
Utami, L. D. (2019). Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah, Ranking 62 Dari 70 Negara. Tribun News. https://www.tribunnews.com/nasional/2021/03/22/tingkat-literasi-indonesia-di-dunia-rendah-ranking-62-dari-70-negara?page=all