Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengungkap Potensi Laut Terluar Indonesia, Samudra Hindia dan Pulau Weh

Oleh: Annisa Amalia Zahro (Mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif)

Judul Film       : Ekspedisi Samudra Hindia

Tahun              : 2015

Kreator            : Muhammad Yudhi Rezaldi, Hanum Ayuningtyas, Gravinda Putra Perdana,

Laura Citra Zhahira, Arief Hartanto, Adri Bintara Putra, Mutia Maritha

Durasi             : 29:16

Bahasa            : Bahasa Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisah oleh luasnya perairan. Secara geografis, Indonesia diapit oleh Samudra Pasifik di bagian utara dan Samudra Hindia di bagian selatan. Dengan luasnya perairan Indonesia ini, perlu dilakukan penelitian-penelitian untuk lebih memahami kondisi laut, keanekaragaman biota laut, hingga potensi pencemaran laut demi perkembangan ilmu pengetahuan.

Pada 2015, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang kini telah melebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melaksanakan ekspedisi untuk meneliti lebih dalam perairan Samudra Hindia Timur, lebih tepatnya di selatan Selat Sunda hingga barat daya Pulau Sumatra. Tidak hanya itu, penelitian juga dilakukan di perairan Pulau Weh (Sabang). Kedua penelitian ini didokumentasikan dalam film dokumenter “Ekspedisi Samudra Hindia” dan dapat dilihat di kanal YouTube resmi BRIN. Film ini berdurasi total 29 menit 16 detik dan telah terbagi menjadi 26 segmen. Pembagian segmen ini tergantung pada topik yang sedang dibahas.

Rangkaian kegiatan ini diberi nama Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) dan Ekspedisi Sabang. Ekspedisi Widya Nusantara sendiri telah rutin dilaksanakan sejak 2007 dengan tujuan mengungkap profil oseanografi dan keanekaragaman hayati Indonesia. Kapal yang digunakan untuk berlayar adalah Kapal RV Baruna Jaya VIII. Kapal ini merupakan kapal penelitian tercanggih yang dimiliki Indonesia pada saat itu. Pada segmen pertama film akan dikenalkan bagian-bagian kapal dan fungsinya secara terperinci.

E-WIN yang dilaksanakan selama sebelas hari, yaitu pada 7–17 Mei 2015 ini dibagi menjadi 5 kegiatan utama dan 4 kegiatan pendukung. Kegiatan utama yang dimaksud di antaranya adalah mengungkap (1) profil oseanografi fisik berupa arus massa air, (2) potensi dinamika plankton, (3) profil vertikal particulate organic matter (bahan organik partikulat) dan produktivitas primer sebagai bagian dari proses biogeokimia, (4) profil nutrien perairan, dan (5) peran biogeokimia komunitas mikrob di Samudra Hindia Timur.

Setelah Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) berakhir, keesokan harinya, kapal RV Baruna Jaya VIII melanjutkan perjalanan untuk penelitian kedua di Pulau Sabang dan sekitarnya. Dengan mengganti anggota tim peneliti dan mempersiapkan perbekalan untuk perjalanan selama 14 hari, Ekspedisi Sabang siap dilaksanakan. Penelitian yang melibatkan 21 peneliti dan teknisi dari Pusat Oseanografi LIPI, Geoteknologi LIPI, dan Biologi LIPI ini bertujuan mempelajari tentang geofisika laut, geologi laut, oseanografi fisik, oseanografi kimia, kandungan zat hara, oseanografi kimia logam, macrobenthos community (struktur komunitas makrobentos), plankton, mikrobiologi, karang, ikan karang, dan vegetasi pantai di Pulau Rondo, serta mempelajari aktivitas hidrotermal di daerah Teluk Sabang.

Penelitian di tengah laut sangat bergantung pada kondisi kapal. Untuk itulah, teknisi kapal berperan besar mengondisikan kapal selama berlayar demi kelancaran penelitian. Selain itu, fasilitas kesehatan juga merupakan komponen penunjang yang penting agar peneliti dan kru kapal dapat melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa terganggu oleh masalah kesehatan.

Kegiatan penelitian di Pulau Sabang dilakukan selama lima hari. Selesai pada 25 Mei 2015, kapal kembali ke Jakarta dan sampai pada 31 Mei 2015 di Pelabuhan Muara Baru. Perjalanan panjang Kapal RV Baruna Jaya VIII selama 25 hari telah berakhir dengan output penelitian laut yang sangat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan Indonesia.

Film ini dikemas dengan rapi dan terstruktur menggunakan segmentasi YouTube sehingga penonton dapat langsung menuju topik yang diinginkan atau mengetahui topik yang sedang dibicarakan. Sinematografi yang cantik berupa pemandangan laut dan kehidupan bawah laut yang indah akan memanjakan mata penonton sepanjang film. Kondisi kapal yang bagus dan rapi juga tidak kalah menarik bagi pecinta kapal atau teknisi yang ingin melihat kondisi Kapal RV Baruna Jaya VIII. Sayangnya, pada beberapa bagian dalam video ini, suara peneliti yang sedang berbicara tidak terdengar sehingga penonton tidak dapat mengetahui serta tidak memahami topik pembahasan yang dijelaskan peneliti.

Film ini memberikan pandangan baru tentang proses penelitian laut, mengenal teknologi yang dimiliki Kapal RV Baruna Jaya VIII, hingga penemuan-penemuan baru yang ada di perairan Samudra Hindia Timur dan Sabang. Penemuan ini sangat menarik karena lokasi penelitian itu sendiri—Samudra Hindia Timur—merupakan pertemuan antara Laut Jawa dan Samudra Hindia, serta mendapatkan sedikit pengaruh dari Laut Arab yang berada di arah utara Samudra Hindia. Adanya penelitian ini sangatlah penting dan bermanfaat agar masyarakat Indonesia mengetahui lebih dalam kondisi laut Indonesia sebagai bentuk kepedulian ilmu pengetahuan alam serta antisipasi terhadap pencemaran atau bencana alam yang mungkin terjadi.