Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Indonesia-Cina dalam Kacamata Politik, Pertahanan-Keamanan, dan Ekonomi

Oleh: Tedy Asjad Krisnamukti (Mahasiswa Universitas Brawijaya)

Judul Buku                  : Hubungan Indonesia-Cina dalam Dinamika Politik, Pertahanan-Keamanan, dan Ekonomi di Asia Tenggara

Penulis                        : Lidya Christin Sinaga

Copyeditor                  : Retno Asihanti S

Layouter                     : Andri Setiawan dan Ariadni

Cover designer           : Junaedi Mulawardana

ISBN                           : 978-979-799-753-3

Halaman                    : xiv + 163 hlm.

Dimensi                     : A5 (14,8 x 21 cm)

Tahun Terbit              : 2013

Penerbit                    : LIPI Press

Dinamika hubungan antara Indonesia dan Cina secara historis melewati beragam pergolakan selama lebih dari enam dekade seiring pergantian pemimpin yang menjabat. Dewasa ini, posisi Cina dalam percaturan politik dunia mengalami penguatan yang diproyeksikan menjadi superpower baru yang dapat menandingi dominasi kekuatan Rusia dan Amerika Serikat semenjak Perang Dingin. Pengaruh Cina yang besar ini mengatalis posisi kawasan Asia Pasifik secara geopolitik sebagai kawasan vital dan strategis yang di dalamnya ditunggangi berbagai kekuatan besar. Hal ini memberi arti penting bagi Indonesia untuk memanfaatkan segala dampak yang terjadi di kawasan Asia Pasifik melalui aspek politik, pertahanan, keamanan, dan ekonomi.

Peluang dan tantangan akibat pengaruh Cina di kawasan Asia Pasifik juga perlu ditelusuri untuk dimanfaatkan dalam pertimbangan pembangunan nasional Indonesia. Sejalan dengan pentingnya untuk mengetahui hubungan Indonesia dan Cina, buku Hubungan Indonesia-Cina dalam Dinamika Politik, Pertahanan-Keamanan, dan Ekonomi di Asia Tenggara hadir untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai hubungan Indonesia-Cina, baik di bidang politik, pertahanan keamanan, maupun ekonomi. Buku ini memiliki perhatian utama dalam menggambarkan peluang dan tantangan yang terjadi akibat implikasi hubungan Indonesia-Cina dengan mengangkat studi kasus pada sektor jasa dan tenaga kerja serta analisis prospek hubungan kerja sama antara Indonesia-Cina.

Pembahasan buku ini dibuka dengan kilas balik hubungan Indonesia-Cina dalam perspektif Indonesia melalui aspek politik, ekonomi, dan pertahanan keamanan yang sebenarnya telah berlangsung lama dan mengalami pergolakan selama enam dekade pergantian pemimpin Indonesia. Menguatnya pengaruh Cina di kawasan Asia Pasifik menciptakan goodwill bagi Indonesia-Cina untuk menciptakan komitmen yang bersimbiosis mutualisme walaupun masih terdapat ganjalan dalam hubungan keduanya akibat adanya Asean-China Free Trade Area (ACFTA) yang mengancam industri Indonesia. Pembahasan berlanjut pada bab II yang memaparkan hubungan ekonomi antara ASEAN-Cina melalui pembentukan kerangka kawasan perdagangan bebas yang berada pada sistem perdagangan global yang tidak dapat dikontrol oleh entitas apapun. Hal ini membuat ASEAN-Cina memerlukan penyatuan sosial, politik, dan ekonomi untuk mengurangi gesekan yang menghambat kerja sama. Akan tetapi, tantangan masih terus dihadapi, seperti homogenitas produksi ekspor pada dua kawasan dan rasionalisasi industri. Berlanjut pada bab III, buku ini mengeksplorasi hubungan ekonomi Indonesia-Cina pascakrisis Asia 1997 yang ternyata tidak mengalami perubahan dalam kebijakan ekonomi dan perdagangan luar negeri. Menurut Cina, Indonesia masih memiliki potensi tinggi sebagai pemasok sektor energi (tambang dan mineral) dan potensi pasar produksi Cina yang menjanjikan.

Pada bab IV, buku ini membahas mengenai peluang dan tantangan dalam hubungan Indonesia-Cina dalam sektor jasa dan tenaga kerja. Indonesia sendiri menghadapi tenaga kerja asing dari Cina dengan kekuatan dan kualitas SDM mereka dalam mengembangkan world manufacture base di Indonesia dan berpeluang menciptakan transfer pengetahuan melalui learning process. Namun, penataan dan penegakan hukum internal Indonesia masih lemah sehingga membuat laju ekspansi tenaga kerja asing dari Cina menjadikan Indonesia sebagai objek sasaran yang dapat dieksploitasi.

Kemudian, bab V buku ini mempunyai pembahasan mengenai adanya peningkatan politik dan keamanan antar-kedua negara dalam memasuki awal dasawarsa abad ke-21 yang ditandai dengan perdagangan bilateral sebelumnya, penurunan isu sensitif mengenai etnis Tionghoa, ketidakpuasan Indonesia atas sikap pemerintah negara barat dalam kasus Timor Timur, dan perkembangan demokrasi yang lebih baik dari sebelumnya. Namun, masih terdapat ketegangan yang terjadi berkaitan dengan permasalahan klaim wilayah di Natuna. Bagian akhir buku ditutup dengan pembahasan mengenai prospek hubungan Indonesia-Cina yang sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia apabila merusak hubungan yang sudah terjalin dengan Cina karena kondisi ekonomi dan militernya yang sangat mendominasi pada masa sekarang. Namun, Indonesia tidak boleh merasa inferior dan perlu memanfaatkan posisinya yang strategis dan sumber daya alamnya yang melimpah untuk menciptakan posisi setara dalam diplomasinya melalui grand design yang terpadu.

Buku yang memaparkan bagaimana pasang surut hubungan Indonesia-China dan implikasinya melalui peluang dan tantangan ini dapat dikatakan cukup mudah untuk dipahami, khususnya bagi orang-orang yang menyukai atau berkecimpung dalam kajian politik. Bagi masyarakat umum yang memanfaatkan buku ini sebagai bacaan di waktu luang mungkin akan mengalami sedikit kesulitan akibat penggunaan istilah-istilah sulit, seperti aide de-memoire yang mungkin akan memudahkan apabila dicatutkan catatan kecil atau menerjemahkannya ke bahasa Indonesia secara langsung sehingga dapat menciptakan pemahaman isi buku secara komprehensif bagi khalayak yang lebih luas. Selain itu, dalam buku ini juga dapat ditambahkan glosarium pada bagian akhir buku untuk mengakomodasi definisi istilah-istilah asing dan mempermudah penelusuran atas istilah-istilah asing.

Pembabakan dalam tulisan ini juga mempermudah pembaca melihat bagaimana pola pasang surut hubungan Indonesia-Cina. Misalnya, pada Bab I yang memaparkan kilas balik dinamika hubungan Indonesia-Cina, penulis memberikan pembabakan sesuai dengan periode kepemimpinan setiap presiden, mulai dari Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Meskipun demikian, terdapat isi buku yang lebih banyak menyorot upaya pemangku kebijakan atau dapat dikatakan lebih cenderung state-centric dan kurang menyoroti peran pandangan publik maupun kelompok kepentingan di Indonesia dalam memengaruhi hubungan Indonesia-Cina. Padahal kelompok ini juga dapat menjadi faktor determinan politik luar negeri yang dapat memengaruhi dinamika hubungan antarnegara sebagai bahan pertimbangan dalam suatu negara melakukan hubungan. Hal ini sesuai dengan gagasan William D. Coplin dalam bukunya yang berjudul Introduction to International Politics yang mengemukakan bahwa pandangan publik mewakili mass influencer dan kelompok kepentingan mewakili interest influencer dalam aspek politik dalam negeri yang saling berinteraksi dengan faktor determinan lainnya sehingga mempengaruhi dinamika hubungan antarnegara melalui policy influencer.

Secara keseluruhan, buku ini menarik dibaca oleh khalayak umum, terutama bagi pembaca yang tertarik pada implikasi hubungan bilateral pada kawasan dan politik luar negeri Indonesia. Tertarik membaca e-book-nya? Silakan klik tombol dibawah ini ya!