Jakarta – Indeks literasi Indonesia berada di ranking ke-62 dari 70 negara berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019. Sejumlah tantangan literasi di Indonesia diantaranya adalah ketersediaan buku. “Standar UNESCO seyogyanya satu orang membaca tiga buku. Di Indonesia satu buku dibaca oleh 90 orang,” jelas Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Agus Haryono di Webinar Series #3: Program Akuisisi Pengetahuan Lokal-Penjaringan Konten Pengetahuan Lokal dalam Bentuk Buku yang diselenggarakan secara virtual pada Rabu (15/2).
Menurut Agus, program Akuisisi Pengetahuan Lokal yang diinisiasi BRIN dapat menjadi upaya untuk meningkatkan jumlah buku lewat penjaringan muatan pengetahuan lokal untuk diterbitkan dalam bentuk buku. “Program Akuisisi Pengetahuan Lokal dapat menjadi ajang penyediaan informasi dan ilmu pengetahuan serta sarana komunikasi penulis dengan masyarakat untuk meningkatkan taraf literasi bangsa,” jelas Agus.
Pelaksana Tugas Direktur Repositori, Multimedia, dan Penerbitan Ilmiah BRIN, Ayom Widipaminto menjelaskan program Akusisi Pengetahuan Lokal tahun ini akan fokus pada peningkatan dampak ilmiah dandari terbitan. “Salah satunya dengan meningkatkan keterjangkauan dan visibilitas lewat mekanisme akses terbuka serta pemberian identifikasi lewat DOI,” jelas Ayom
Program Akuisisi Pengetahuan Lokal tahun 2023 akan dilakukan beberapa pendekatan. Mulai dari penjaringan buku terbit, manuskrip buku, proposal buku, buku bunga rampai, dan editor buku bunga rampai. Buku yang diterbitkan akan disebarluaskan melalui skema akses terbuka. “Upaya penyediaan sumber literasi akses terbuka dilandasi atas keprihatinan terbatasnya bacaan sekaligus pembaca buku-buku ilmiah di Indonesia, baik untuk kegiatan ilmiah maupun pembelajaran akademis,” jelas Martinus Helmiawan, Penata Penerbitan Ilmiah BRIN.
Untuk tema, tahun ini naskah buku akan diarahkan lebih bersifat tematik. “Tema-tema yang dapat diajukan meliputi perubahan iklim, sumber energi alternatif, bonus demografi, kesehatan, intoleransi beragam, kepemilikan lahan, dan teknologi informasi,” jelas Anggy Denok Sukmawati, Penata Penerbitan Ilmiah BRIN. (fz)